Berpindah tempat tinggal dari pulau lain ke salah satu
daerah istimewa di pulau Jawa merupakan pengalaman yang sangat-sangat baru bagi
si ‘aku yang berumur 18 tahun’. Ada beberapa hal yang jarang aku temui di kota
asalku yang kini jadi bagian kehidupan kuliahku di Jogja. Waktu beradaptasi
sampai sudah merasa nyaman di daerah istimewa ini merupakan proses yang sangat mengubah
hidup-tidak bermaksud berlebihan tapi itulah kenyataannya :> Mungkin beberapa hal berikut
bukan sesuatu yang baru bagi kamu, tapi inilah beberapa hal baru yang aku
temui tentang Jogja semenjak aku kuliah di daerah pelajar ini.
1. ‘The power of’ arah mata angin
Pernah belajar tentang arah mata angin tapi gak pernah
menggunakannya di kehidupan nyata? Sama dong aku juga, tapi itu dulu. Sejak
menetap di Jogja, pengetahuan tentang arah mata angin malah jadi satu
kebutuhan, apalagi pas jalan-jalan. Warga disini biasanya menunjuk jalan dengan
menggunakan arah mata angin. Tak ada istilah 'kanan, kiri'. Bila kamu masih terbiasa
seperti itu, sebaiknya sekarang mulai biasakan dengan mata angin yah-setidaknya
dikit-dikit tahu lah arah mata anginnya, biar gak malah kebingunan kalo menanyakan
lokasi. Tips aku nih, di Jogja kalo udah tahu dimana Gunung Merapi dan
Malioboro, yang menunjuk arah utara itu adalah Gunung Merapi dan arah selatan
itu Malioboro (ayo teman-teman dari Jogja mungkin bisa memberi tips yang lebih maknyus).
2. Banyak perantau
Gak usah takut gak dapat teman di daerah istimewa ini, sebutan daerah pelajarnya bukan karna tanpa sebab. Berbagai pelajar yang ada di Jogja asalnya
dari ujung barat ke timur, dan ujung utara ke selatan Indonesia. Kamu bisa
ketemu orang dari Sumatera, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Papua
hanya di satu lokasi ini, Jogjakarta. Gak ribet dah menemukan teman yang
asalnya dari daerah yang berbeda maupun sedaerah dengan kamu. Ditambah lagi
teman-teman yang banyak perantau, mungkin bisa berbagi pengalaman suka duka
sebagai perantau. Kamu juga bisa belajar banyak tentang budaya orang dari
berbagai daerah di Indonesia, semakin Indonesia jadinya deh! Last but not least, kamu bisa punya kenalan
dari Sabang sampai Merauke juga.
3. Banyak kampus
Banyak sekali universitas yang ada di Jogja, sampai rasanya
pengetahuan tentang Jogja-nya diri ini patut dipertanyakan tiap kali menjumpai
nama universitas yang baru didengar. Kurang lebih ada ratusan universitas yang
berlokasi di Jogja. Tapi gak usah ragu, universitas di Jogja bukan universitas 'abal-abal'. Banyak universitas di Jogja yang ditetapkan layak untuk melaksanakan pembelajaran dan Tri Dharma Perguruan Tinggi Indonesia.
4. Suasana tradisional masih kental
Pemandangan kota metropolitan ala bangunan pencakar langit aku
buang jauh-jauh setelah mendapati Jogja yang berbeda dari pandangan itu (maklum
anak beda pulau, jarang jalan-jalan pula wkwk). Pemandangan kotanya masih seperti kota-kota
pada umumnya, permukiman penduduk masih menghiasi dan bangunan pencakar langit
kurang. Penduduknya yang serba sederhana gaya hidupnya dan menjunjung tinggi
tradisi sangat mendukung suasana tradisional di Jogja. Rasanya welcome banget ketika pertama kali
datang kesini karna suasananya gak begitu beda dari kota asalku (tapi untuk
beberapa aspek kayak makanannya dan bahasanya jujur saja aku butuh adaptasi
yang cukup lama wkwkwk soal lidah emang tidak bisa menipu yah)
5. Angkringan dan Burjo dimana-mana
Warmindo alias Warung Makan Indomie-yang entah kenapa
disebut burjo disini-menghiasi tempat tinggalku yang tepatnya ada di Paingan. Burjo ini menjadi salah satu pilihan tempat
makan murmer buat mahasiswa. Warung makan yang satu ini menjamur di lorong-lorong
jalan. Menu yang disuguhkan pada umumnya sama. Ada nasi goreng, mie goreng,
nasi telur, magelangan dan sebagainya. Mungkin mendapati burjo itu bakal lebih sulit
di bagian pusat kota (kebanyakan café soalnya) tapi tetap saja kamu bisa
menemukan burjo di sudut-sudutnya. Nah, ‘kawan’nya yang ikut ‘menjamur’ yakni
angkringan. Angkringan merupakan tempat makan yang menghiasi pinggiran jalan Jogja (mungkin untuk orang
Jawa Tengah dan sekitarnya sudah kenal banget sama tempat makan ini). Apa saja
yang bisa kamu dapatkan di angkringan? Ada berbagai macam gorengan,
sate jeroan, nasi, dan kawan-kawannya. Harganya? Tentu saja masih berada di
level aman untuk kantong anak kos.
6. Siap siaga dengan uang recehan
Suatu keharusan bila ingin makan di tempat makan yang ramai
maupun jalan-jalan ke wisata kota yang ramai terutama Malioboro. Entah kamu
akan bertemu dengan pengamen maupun pengemis, ada saja alasan yang
membuat kamu terdesak untuk berbagi sedekah. Bukan suatu keharusan juga buat
kamu untuk memberi ke setiap pengamen ataupun pengemis yang berpapasan sama
kamu. Yang paling penting tentunya adalah ikhlas memberi sedekah.
7. Biaya hidup murah
Sebenarnya ini bukan hal yang sepenuhnya baru buat aku
sebelum datang ke Jogja. Salah satu alasan yang membawaku memilih Jogja
sebagai tempat menimba ilmu adalah karna hal ini. Tapi… awalnya aku tahunya
Jogja itu biaya hidupnya murah, yah sampai disitu saja. Memang dasarnya aku
belum mencicipi versi murah-nya Jogja langsung pada tempatnya jadi gak tahu
seberapa murahnya biaya hidup di Jogja. Aku kaget sekaligus bahagia ketika
menemukan bahwa memang benar harga makanan, buku, baju, dan berbagai barang di
Jogja jauh dari yang biasa aku temukan di kampung asalku-jauh lebih murah
meriah tepatnya-sungguh hati ini terhura (mungkin juga karna aku asalnya dari
Indonesia Timur jadi beberapa barang emang jauh lebih mahal di kampungku).
Tapi, tentu saja semurah-murahnya harga barang di Jogja, pengeluarannya bakal melonjak
kalo kamu boros-borosan yah #hukum alam yang hakiki mah itu wkwk.
8. Bus Trans Jogja jadi alternatif Transportasi Murmer
Mari kita ketahui bersama bahwa di Jogja itu tidak ada
angkot yang berkeliaran, palingan yang ada delman, ojek online atau taksi.
Terus transportasi umum dalam kota yang ada apa dong? TJ jawabannya. Bukan merek madu yang
diiklan-in Agnes Monica yah, tapi Bus Trans Jogja #ok aku tahu ini gak lucu.
Untungnya sebelum datang ke Jogja aku sudah mendapatkan informasi ini dari
kakak tingkat yang kuliah di Jogja juga. Jadi, setidaknya gak kaget-kaget amat
yah, apalagi di kampungku biasanya transportasi umum yang berkeliaran adalah
angkot. Yah, mungkin karna angkot juga tidak ada di kota Istimewa ini, banyak
anak rantau yang datang membawa motor untuk mempermudah mengitari kota tempat
mereka belajar.
Nah, berhubung diri ini tidak punya motor, makanya aku menjadi ‘anak TJ’ (baca pengguna setia bus Trans Jogja). Enaknya sih naik bus TJ aku jadi tahu banyak spot-spot menarik di Jogja (tapi cuma untuk dalam kota Jogja dan sebagian daerah kabupaten Sleman). Karna seperti naik bus pada umumnya, naik TJ harus sesuai jalur. Makanya untuk sampai ke tempat tujuan, rutenya gak melalui jalan terpendek tapi pasti muter-muter dulu. Apalagi kalo harus transit ke halte tertentu, jadi makin muter-muter deh. Sementara menunggu sampai ke tempat tujuan, aku biasanya melihat-lihat spot bagus (entah rumah makan atau tempat wisata) yang dilewati. Dan lagi, sejauh apapun jarak dari halte pertama sampai ke halte tujuan hanya perlu membayar Rp3500 #TJ temannya kantong anak kos. Tapi, yang kadang membawa duka nih adalah jarak dari kosku ke halte yang lumayan jauh, jadi kudu kuat jalan untuk naik TJ.
Nah, berhubung diri ini tidak punya motor, makanya aku menjadi ‘anak TJ’ (baca pengguna setia bus Trans Jogja). Enaknya sih naik bus TJ aku jadi tahu banyak spot-spot menarik di Jogja (tapi cuma untuk dalam kota Jogja dan sebagian daerah kabupaten Sleman). Karna seperti naik bus pada umumnya, naik TJ harus sesuai jalur. Makanya untuk sampai ke tempat tujuan, rutenya gak melalui jalan terpendek tapi pasti muter-muter dulu. Apalagi kalo harus transit ke halte tertentu, jadi makin muter-muter deh. Sementara menunggu sampai ke tempat tujuan, aku biasanya melihat-lihat spot bagus (entah rumah makan atau tempat wisata) yang dilewati. Dan lagi, sejauh apapun jarak dari halte pertama sampai ke halte tujuan hanya perlu membayar Rp3500 #TJ temannya kantong anak kos. Tapi, yang kadang membawa duka nih adalah jarak dari kosku ke halte yang lumayan jauh, jadi kudu kuat jalan untuk naik TJ.
9. Tempat berburu candi
Nah ini, dasarnya kurang ilmu atau apa yah, aku tahunya candi
yang ada di Jogja hanyalah -tidak lain tidak bukan adalah Candi Borobudur. Dan,
ternyata Candi Borobudur juga lokasinya tidak tepat di pusat kota Jogja, tapi
di Magelang, Jawa Tengah (padahal pernah maen ke Borobudur sebelum ke Jogja tapi baru tahu
pas kuliah di Jogja). Wuhuy. Tapi, aku gak kecewa kok mendapati tempatku tinggal
ternyata jauh dari candi ternama itu. Karna ternyata candi disini bukan cuma
ada satu saja melainkan ada ribuan.
Dari ujung ke ujung berbagai candi cantik yangmenyimpan beribu cerita bisa kamu
temukan. Ada Prambanan, Ratu Boko, Ijo, Sambisari, dan banyak lagi yang tidak
bisa kutulis disini. Jadinya sambil kuliah bisa sambil berburu candi juga dong #Alhamdullilah
stok post-an IG aman.
Itu dia beberapa hal tentang Jogja yang sebaiknya kamu tahu sebelum tinggal di daerah istimewa ini. Rangkuman ini berdasarkan pengalaman aku yang hampir 2 tahun menetap disini, mungkin ada teman-teman yang udah lebih lama tinggal di Jogja atau asli Jogja malah, sangat diundang untuk bagi-bagi fakta lain tentang Jogja yang gak kalah keren di bagian komentar yah sekalian bagi-bagi ilmu;)
Itu dia beberapa hal tentang Jogja yang sebaiknya kamu tahu sebelum tinggal di daerah istimewa ini. Rangkuman ini berdasarkan pengalaman aku yang hampir 2 tahun menetap disini, mungkin ada teman-teman yang udah lebih lama tinggal di Jogja atau asli Jogja malah, sangat diundang untuk bagi-bagi fakta lain tentang Jogja yang gak kalah keren di bagian komentar yah sekalian bagi-bagi ilmu;)