Minggu, 15 Juli 2018

9 Hal Tentang Jogja yang Sebaiknya Kamu Tahu Sebelum Tinggal di Daerah Istimewa Ini


Berpindah tempat tinggal dari pulau lain ke salah satu daerah istimewa di pulau Jawa merupakan pengalaman yang sangat-sangat baru bagi si ‘aku yang berumur 18 tahun’. Ada beberapa hal yang jarang aku temui di kota asalku yang kini jadi bagian kehidupan kuliahku di Jogja. Waktu beradaptasi sampai sudah merasa nyaman di daerah istimewa ini merupakan proses yang sangat mengubah hidup-tidak bermaksud berlebihan tapi itulah kenyataannya :> Mungkin beberapa hal berikut bukan sesuatu yang baru bagi kamu, tapi inilah beberapa hal baru yang aku temui tentang Jogja semenjak aku kuliah di daerah pelajar ini.

1. ‘The power of’ arah mata angin


Pernah belajar tentang arah mata angin tapi gak pernah menggunakannya di kehidupan nyata? Sama dong aku juga, tapi itu dulu. Sejak menetap di Jogja, pengetahuan tentang arah mata angin malah jadi satu kebutuhan, apalagi pas jalan-jalan. Warga disini biasanya menunjuk jalan dengan menggunakan arah mata angin. Tak ada istilah 'kanan, kiri'. Bila kamu masih terbiasa seperti itu, sebaiknya sekarang mulai biasakan dengan mata angin yah-setidaknya dikit-dikit tahu lah arah mata anginnya, biar gak malah kebingunan kalo menanyakan lokasi. Tips aku nih, di Jogja kalo udah tahu dimana Gunung Merapi dan Malioboro, yang menunjuk arah utara itu adalah Gunung Merapi dan arah selatan itu Malioboro (ayo teman-teman dari Jogja mungkin bisa memberi tips yang lebih maknyus).


2. Banyak perantau


Gak usah takut gak dapat teman di daerah istimewa ini, sebutan daerah pelajarnya bukan karna tanpa sebab. Berbagai pelajar yang ada di Jogja asalnya dari ujung barat ke timur, dan ujung utara ke selatan Indonesia. Kamu bisa ketemu orang dari Sumatera, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Papua hanya di satu lokasi ini, Jogjakarta. Gak ribet dah menemukan teman yang asalnya dari daerah yang berbeda maupun sedaerah dengan kamu. Ditambah lagi teman-teman yang banyak perantau, mungkin bisa berbagi pengalaman suka duka sebagai perantau. Kamu juga bisa belajar banyak tentang budaya orang dari berbagai daerah di Indonesia, semakin Indonesia jadinya deh! Last but not least, kamu bisa punya kenalan dari Sabang sampai Merauke juga.


3. Banyak kampus


Banyak sekali universitas yang ada di Jogja, sampai rasanya pengetahuan tentang Jogja-nya diri ini patut dipertanyakan tiap kali menjumpai nama universitas yang baru didengar. Kurang lebih ada ratusan universitas yang berlokasi di Jogja. Tapi gak usah ragu, universitas di Jogja bukan universitas 'abal-abal'. Banyak universitas di Jogja yang ditetapkan layak untuk melaksanakan pembelajaran dan Tri Dharma Perguruan Tinggi Indonesia.

4. Suasana tradisional masih kental


Pemandangan kota metropolitan ala bangunan pencakar langit aku buang jauh-jauh setelah mendapati Jogja yang berbeda dari pandangan itu (maklum anak beda pulau, jarang jalan-jalan pula wkwk). Pemandangan kotanya masih seperti kota-kota pada umumnya, permukiman penduduk masih menghiasi dan bangunan pencakar langit kurang. Penduduknya yang serba sederhana gaya hidupnya dan menjunjung tinggi tradisi sangat mendukung suasana tradisional di Jogja. Rasanya welcome banget ketika pertama kali datang kesini karna suasananya gak begitu beda dari kota asalku (tapi untuk beberapa aspek kayak makanannya dan bahasanya jujur saja aku butuh adaptasi yang cukup lama wkwkwk soal lidah emang tidak bisa menipu yah)


5. Angkringan dan Burjo dimana-mana


Warmindo alias Warung Makan Indomie-yang entah kenapa disebut burjo disini-menghiasi tempat tinggalku yang tepatnya ada di Paingan.  Burjo ini menjadi salah satu pilihan tempat makan murmer buat mahasiswa. Warung makan yang satu ini menjamur di lorong-lorong jalan. Menu yang disuguhkan pada umumnya sama. Ada nasi goreng, mie goreng, nasi telur, magelangan dan sebagainya. Mungkin mendapati burjo itu bakal lebih sulit di bagian pusat kota (kebanyakan cafĂ© soalnya) tapi tetap saja kamu bisa menemukan burjo di sudut-sudutnya. Nah, ‘kawan’nya yang ikut ‘menjamur’ yakni angkringan. Angkringan merupakan tempat makan yang menghiasi pinggiran jalan Jogja (mungkin untuk orang Jawa Tengah dan sekitarnya sudah kenal banget sama tempat makan ini). Apa saja yang bisa kamu dapatkan di angkringan? Ada berbagai macam gorengan, sate jeroan, nasi, dan kawan-kawannya. Harganya? Tentu saja masih berada di level aman untuk kantong anak kos.


6. Siap siaga dengan uang recehan


Suatu keharusan bila ingin makan di tempat makan yang ramai maupun jalan-jalan ke wisata kota yang ramai terutama Malioboro. Entah kamu akan bertemu dengan pengamen maupun pengemis, ada saja alasan yang membuat kamu terdesak untuk berbagi sedekah. Bukan suatu keharusan juga buat kamu untuk memberi ke setiap pengamen ataupun pengemis yang berpapasan sama kamu. Yang paling penting tentunya adalah ikhlas memberi sedekah.


7. Biaya hidup murah


Sebenarnya ini bukan hal yang sepenuhnya baru buat aku sebelum datang ke Jogja. Salah satu alasan yang membawaku memilih Jogja sebagai tempat menimba ilmu adalah karna hal ini. Tapi… awalnya aku tahunya Jogja itu biaya hidupnya murah, yah sampai disitu saja. Memang dasarnya aku belum mencicipi versi murah-nya Jogja langsung pada tempatnya jadi gak tahu seberapa murahnya biaya hidup di Jogja. Aku kaget sekaligus bahagia ketika menemukan bahwa memang benar harga makanan, buku, baju, dan berbagai barang di Jogja jauh dari yang biasa aku temukan di kampung asalku-jauh lebih murah meriah tepatnya-sungguh hati ini terhura (mungkin juga karna aku asalnya dari Indonesia Timur jadi beberapa barang emang jauh lebih mahal di kampungku). Tapi, tentu saja semurah-murahnya harga barang di Jogja, pengeluarannya bakal melonjak kalo kamu boros-borosan yah #hukum alam yang hakiki mah itu wkwk.

8. Bus Trans Jogja jadi alternatif Transportasi Murmer


Mari kita ketahui bersama bahwa di Jogja itu tidak ada angkot yang berkeliaran, palingan yang ada delman, ojek online atau taksi. Terus transportasi umum dalam kota yang ada apa dong? TJ jawabannya. Bukan merek madu yang diiklan-in Agnes Monica yah, tapi Bus Trans Jogja #ok aku tahu ini gak lucu. Untungnya sebelum datang ke Jogja aku sudah mendapatkan informasi ini dari kakak tingkat yang kuliah di Jogja juga. Jadi, setidaknya gak kaget-kaget amat yah, apalagi di kampungku biasanya transportasi umum yang berkeliaran adalah angkot. Yah, mungkin karna angkot juga tidak ada di kota Istimewa ini, banyak anak rantau yang datang membawa motor untuk mempermudah mengitari kota tempat mereka belajar.

Nah, berhubung diri ini tidak punya motor, makanya aku menjadi ‘anak TJ’ (baca pengguna setia bus Trans Jogja). Enaknya sih naik bus TJ aku jadi tahu banyak spot-spot menarik di Jogja (tapi cuma untuk dalam kota Jogja dan sebagian daerah kabupaten Sleman). Karna seperti naik bus pada umumnya, naik TJ harus sesuai jalur. Makanya untuk sampai ke tempat tujuan, rutenya gak melalui jalan terpendek tapi pasti muter-muter dulu. Apalagi kalo harus transit ke halte tertentu, jadi makin muter-muter deh. Sementara menunggu sampai ke tempat tujuan, aku biasanya melihat-lihat spot bagus (entah rumah makan atau tempat wisata) yang dilewati. Dan lagi, sejauh apapun jarak dari halte pertama sampai ke halte tujuan hanya perlu membayar Rp3500 #TJ temannya kantong anak kos. Tapi, yang kadang membawa duka nih adalah jarak dari kosku ke halte yang lumayan jauh, jadi kudu kuat jalan untuk naik TJ.


9. Tempat berburu candi


Nah ini, dasarnya kurang ilmu atau apa yah, aku tahunya candi yang ada di Jogja hanyalah -tidak lain tidak bukan adalah Candi Borobudur. Dan, ternyata Candi Borobudur juga lokasinya tidak tepat di pusat kota Jogja, tapi di Magelang, Jawa Tengah (padahal pernah maen ke Borobudur sebelum ke Jogja tapi baru tahu pas kuliah di Jogja). Wuhuy. Tapi, aku gak kecewa kok mendapati tempatku tinggal ternyata jauh dari candi ternama itu. Karna ternyata candi disini bukan cuma ada satu saja melainkan ada ribuan. Dari ujung ke ujung berbagai candi cantik yangmenyimpan beribu cerita bisa kamu temukan. Ada Prambanan, Ratu Boko, Ijo, Sambisari, dan banyak lagi yang tidak bisa kutulis disini. Jadinya sambil kuliah bisa sambil berburu candi juga dong #Alhamdullilah stok post-an IG aman.

Itu dia beberapa hal tentang Jogja yang sebaiknya kamu tahu sebelum tinggal di daerah istimewa ini. Rangkuman ini berdasarkan pengalaman aku yang hampir 2 tahun menetap disini, mungkin ada teman-teman yang udah lebih lama tinggal di Jogja atau asli Jogja malah, sangat diundang untuk bagi-bagi fakta lain tentang Jogja yang gak kalah keren di bagian komentar yah sekalian bagi-bagi ilmu;)

Rabu, 10 Januari 2018

Pengalaman Tes Masuk Universitas Sanata Dharma

HARAP KLIK DAN BACA KONTEN INI DULU SEBELUM BERTANYA ATAU MENINGGALKAN KOMENTAR : 


(FAQ) 6 Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan Seputar Tes Masuk Universitas Sanata Dharma


Dan semoga yang berkomentar sudah membaca secara menyeluruh apa yang aku tulis di bawah yah. Biar gak ada duplikasi pertanyaan yang seharusnya bisa ditemukan dari postingan berikut maupun dari kolom komentar. Terima kasih sudah mampir baca :)

Hey there!

Saatnya berbagi nih. Sekarang, aku ingin berbagi pengalaman aku mengikuti tes penerimaan mahasiswa baru di Universitas Sanata Dharma. Kalau mau diingat lagi, dan dihitung kembali, kira-kira udah 1,5 tahun yang lalu aku melewati masa-masa 'itu'. Time flies, yep. Gak terasa aja udah mau masuk semester ke *** di kampus ini. 

Nah, sebelum perbincangan ini menjurus ke arah yang salah, mari kita masuk ke topik sebenarnya. Hm, sorry aku mau berbagi sedikit dulu latar belakang sampai aku akhirnya masuk ke kampus ini (setelah melewati berbagai masa pendaftaran, tes, dan juga adaptasi budaya daerah baru yang rada sulit). 

Jadi nih aku sebenarnya pejuang SNMPTN dan SBMPTN yang sayang sekali tidak lolos kualifikasi. Hehe, mungkin udah cerita lama dan bukan hal yang baru lagi soal pejuang PTN yang kalah tarung. Dan, akhirnya, setelah aku sudah puas dengan hasil yang diberikan PTN impian aku *dulu,* aku memilih alternatif lain yakni masuk ke perguruan tinggi swasta. Jujur nih, sebelum aku benar-benar merasakan dunia perkuliahan, aku masih berpikiran sempit dan seenaknya aja men-cap universitas lain selain PTN itu kalah saing. Wihh, sadis banget yah pikiran aku nih sebelum akhirnya bertumbuh dewasa, huhi. Jadi, intinya tuh memilih perguruan swasta saat itu bukan pilihan aku sama sekali, fokus aku hanya untuk PTN pokoknya kesempatan untuk perguruan tinggi swasta kututup sama sekali sebelum aku habis-habisan berjuang masuk PTN.

Hingga akhirnya habis sudah optimisme-ku masuk PTN, aku memilih membuka kesempatan buat perguruan tinggi swasta sebagai pilihan terakhirku untuk kuliah tahun itu juga. Sekedar pengingat aja buat kalian yang ingin berjuang di SBMPTN nanti, hasil SBMPTN gak mengenal kamu itu murid yang sering rangking tinggi di kelas atau gak, ketekunan dan tekad kamu yang paling penting. Ok, lanjut. Nah, ada beberapa perguruan tinggi swasta yang aku daftar, salah satunya yakni Universitas Sanata Dharma.

Ada dua jalur yang dibuka saat itu (sekitar bulan Juli 2016), jalur UNAS dan Reguler. Untuk UNAS itu hasilnya berdasarkan nilai Ujian Nasional (menginput nilai Ujian Nasional), sedangkan Reguler itu adalah jalur tes. Aku ingat betul, aku mendaftar telat banget, untuk jalur Reguler saja aku ikut gelombang paling paling terakhir alias gelombang 11 kalo gak salah. Ya, itu berkat diriku yang keras kepala dan pede banget bakal diterima di PTN, jadinya telat daftar kampus swasta, wkwk-jangan ditiru!

Nah, aku tuh mendaftar di UNAS dulu waktu itu, tapi karna pengumuman jalur UNAS ini setelah batas daftar jalur Reguler gelombang 11, papaku mengusulkan supaya aku daftar jalur Reguler-nya juga, buat jaga-jaga kalau hasil di UNAS gak sesuai keinginan. Jadilah, aku daftar jalur reguler juga di websitenya : Penerimaan Mahasiswa Baru USD. Oh yah, buat mendaftar harus transfer uang pendaftaran dulu bisa lewat teller bank, kemudian nanti bakal dapat kode buat login ke situs pendaftaran. Gunakan kode untuk masuk ke form pendaftaran, setelah itu tinggal klik-klik sesuai data diri dan pilihan prodi. Pilih baik-baik yah prodi yang pengen kamu dalami nanti di kuliah, jangan cuma karna ikut-ikutan yah guys, atau cuma karna kerjanya bergaji besar, plis, dipilihlah secara bijaksana dan usahakan gali sebanyak-banyaknya informasi tentang jurusan-jurusan yang ada-cuma mau ingetin aja.

Di form pendaftaran juga kamu bakal disuruh memilih tempat tes sesuai dengan jadwal yang tersedia. Biasanya tempat tes reguler ini berlokasi di Kampus 2 Sanata Dharma yang ada di Mrican, silahkan cek lokasinya disini : Lokasi Kampus Sanata Dharma. Tesnya bersifat online, pake komputer. Sifat tes berupa tes psikotes yang aku ingat nih (dengan kemampuan mengingat yang terbatas) adalah tes menghitung kubus (atau bangun ruang lain), tes visualisasi abstrak tiga dimensi, tes pemahaman mekanik, tes persepsi gambar (pandang ruang), tes verbal, tes matematika dasar, baris-deret, dan bahasa inggris (itu aja yang mampu aku ingat dibantu buku psikotes yang aku pelajari sebelum tes reguler di Sanata Dharma waktu itu). Buku yang aku pake untuk persiapan tes itu buku yang ini : Top Bank Psikotes Gambar (diklik yah guys).

Tesnya dilakukan secara online, jadi baru dibuka sesuai jam pada jadwal tes yang kamu pilih. So, mendingan siap-siap aja beberapa menit sebelum di lokasi tes, nanti bakal ada peserta tes lainnya juga yang datang menemani kok, kamu jadi bisa menunggu tes sambil kenalan. Jangan lupa berdoa dan posisikan diri dalam kondisi senyaman mungkin, juga jangan panik dan tenang aja. Nah, nanti akan ada petugas yang datang, sekedar informasi waktu itu yang bertugas di ruangan tes aku adalah salah satu pegawai dari Pusat Pelayanan Tes dan Konsultasi Psikologi Sanata Dharma. Petugas akan mempersilakan masuk ke ruangan satu persatu dengan meminta berkas bukti pendaftaran dan kartu identitas (waktu itu aku pake KTP). Jangan lupa pokoknya dua dokumen ini yah gengs.

Setelah itu, kamu bisa memilih tempat duduk untuk tes, tiap peserta bakal menggunakan satu komputer, jadi ceritanya tesnya semacam di lab komputer gitu. Kamu bakal dipersilakan mengakses website untuk tes online. Usahakan untuk mendengar instruksi petugasnya yah, soalnya bakal ditunjukkan cara mengakses akun buat mengakses soal tes. Selesai itu, kamu tinggal mengklik tombol mulai bila kamu sudah siap untuk memulai tes. Waktu tes sudah disetel otomatis bakal berkurang setelah kamu mengklik tombol mulai. Jadi kalo belum diklik, waktu kamu masih tetap, tapi jangan lupa akses ke website terbatas sesuai waktu jadwal tes. So, jangan terlalu lama mempersiapkan diri yah.

Lanjut pengalaman aku waktu itu nih. Satu jam, dua jam...

Time's up. Tes pun selesai. Setelah tes aku kembali ke penginapan aku ditunggu papaku disana. Waktu itu yang antar aku tes di Jogja itu papaku. Kami nginap di homestay Embe Enem di kompleks bagian belakang lapangan real lino (masih kompleks kampus 2Sanata Dharma). Yep begitulah pengalamanku mengikuti tes reguler di Sanata Dharma. Kira-kira 3 atau 5 hari setelah itu udah ada pengumuman buat jalur UNAS dan Reguler. Agak melenceng dari jadwal sih seingatku pengumumannya. Telat 1 atau 2 hari kalo gak salah. Dan lagi, pengumumannya dua-duanya barengan padahal sebelumnya dibilang pengumuman jalur UNAS lebih dulu. Yah begitulah, tambah double pokoknya deg-degannya. Gimana kalau gak lulus dua-duanya? Bener-bener aku udah membayangkan skenario terburuk waktu itu (pengaruh gak lulus-lulus tes PTN sebelumnya, jadi udah mulai pesimis). 

Ya, dan begitulah, tak disangka itulah awal mula aku menjadi bagian dari Universitas Sanata Dharma (setelah daftar ulang juga). Eh hampir lupa, hasil tes-nya diperlihatkan lewat websitenya, langsung kelihatan daftar nama seluruh peserta yang lulus tes. Kalo mau lihat siapa aja yang udah lulus tes tahun ini bisa lewat link ini : Pengumuman Penerimaan Mahasiswa Baru USD. Kalo nama kamu belum ada di daftarnya, silahkan coba terus sampai lolos yah. Semangat terus kawan.

Well, kenapa aku sharing tentang hal ini sekarang, karna aku tahu saat ini udah injury time buat murid-murid kelas 3 SMA sebelum masuk ke dunia kampus. Banyak kan yang udah pada gencar mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional sekaligus mengincar perguruan tinggi yang diimpikan. Good luck for you guys... Apapun hasilnya nanti, kemana nanti hidup menuntunmu, terimalah prosesnya sebagai pembelajaran yang berguna buat kamu, so don't give up, keep on faith!

Oh yah, kalo ada yang mau nanya-nanya feel free to ask yah lewat komen di bawah;)


Baca Juga : 9 Hal tentang Jogja yang Sebaiknya Kamu Tahu Sebelum Tinggal Di Daerah Istimewa Ini