Disclaimer :
Aku tidak punya latar belakang pendidikan formal di bidang psikologi maupun
filsafat. Isi konten berikut berdasarkan pandangan subjektif terhadap buku
terkait. Konten ini juga menjadi arsip ringkasan buku yang telah kubaca.
Seorang
K-Pop Idol dengan nama panggung Indonesia — Jamal menjadikan buku The Courage to be
Disliked (terjemahan Indonesia : Berani Tidak Disukai) sebagai
buku rekomendasinya. Sebagai penggemar, dengan mudahnya aku terpengaruh untuk
memiliki buku tersebut. Tak bisa kupungkiri aku sempat meremehkan isi buku ini
hanya berdasarkan judulnya — ‘Memang ada manusia yang ingin dibenci?’. Alhasil, pertanyaan yang muncul
justru merayuku untuk mencari jawabannya dengan membaca buku tersebut.
Judul
Buku : Berani Tidak Disukai
Kategori :
Non Fiksi — Self Improvement (Buku Terjemahan)
Penulis :
Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga
Penerjemah :
Agnes Cynthia
Tahun
Diterbitkan : 9 September 2019
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Jumlah
Halaman : 352 halaman, 14x21 cm
Harga
Buku : Rp98.000
Nomor
ISBN : 978–602–06332–1–3
Dikemas dengan gaya dialog antara seorang pemuda dengan filsuf, kita diajak menjajaki diskusi lima malam antar tokoh. Melalui dialog para tokoh, penulis memperkenalkan Teori Psikologi Alfred Adler. Butuh waktu bagiku yang awam dalam dunia filsafat untuk mencerna makna dari isi buku ini. Beberapa poin yang berhasil aku tangkap adalah sebagai berikut :
Teleologi : Manusia 'bergerak' berdasarkan tujuannya
Adler (nama
lengkap : Alfred Adler) adalah ahli kejiwaan dari Austria yang mendirikan filosofi
lain, aliran psikologi yang benar-benar baru. Alih-alih menggunakan aetiologi
(studi tentang hubungan sebab dan akibat khas Freud), teori psikologi Adler
menggunakan teleologi (ilmu yang mempelajari tujuan dari suatu fenomena
tertentu, ketimbang penyebabnya). Manusia dalam kacamata teleologi, tidak
digerakkan oleh masa lalunya, namun bergerak menuju tujuan yang mereka tetapkan
sendiri.
Contoh yang
dipaparkan sang filsuf mengambil rupa seseorang yang menutup diri dari hubungan
sosial karena gangguan kecemasan yang dialaminya. Melalui pandangan Adler,
orang tersebut justru menghindari interaksi sosial karena itu memang tujuannya,
gangguan kecemasan hanyalah cara orang tersebut untuk mencapai
tujuannya.
Alfred Adler | jacobinmag
Gagasan ini
menurutku cukup ekstrem. Alih-alih menaruh rasa iba dengan pihak yang memiliki
trauma, sang psikolog sepenuhnya menyangkal keberadaan trauma. Setelah berusaha
menangkap maksud sang psikolog, aku menyimpulkan bahwa poin mendasar dari
gagasan ini adalah dorongan untuk bersikap proaktif. Ketimbang mengesampingkan
apa yang pernah terjadi pada diri kita, kita menyadari keberadaan masa lalu itu
dan memanfaatkannya untuk mencapai potensi terbaik di masa depan. Pertanyaannya
adalah apakah kita berani atau tidak untuk melakukannya?
Hubungan Interpersonal : Persoalan Satu-Satunya Umat Manusia
Adler
menggagas bahwa semua persoalan manusia adalah tentang hubungan
interpersonal. Bahwasanya untuk menyingkirkan masalah dalam hidup manusia
adalah dengan menjalani hidup seorang diri. Persoalan kesepian misalnya merupakan
perasaan yang timbul ketika mengetahui bahwa ada orang lain di sekitar kita,
namun merasa benar-benar dikecualikan dari mereka. Dengan mengikuti alur
pemikiran ini, Adler menyimpulkan bahwa untuk merasa kesepian, kita perlu
orang lain. Singkat kata, persoalannya berakar dari hubungan interpersonal.
Gagasan yang
ditawarkan sang psikolog untuk meminimalisir persoalan hubungan interpersonal
adalah pembagian tugas. Pembagian tugas berarti menentukan tindakan apa yang
merupakan tugas kita sendiri dan mana tugas orang lain. Misalnya, ketika
memberikan opini di depan umum, tugas kita adalah menyampaikan pemikiran kita.
Membuat pendapat terkait opini kita adalah tugas orang lain. Kita tidak perlu
ikut campur bahkan kita tidak bisa mengontrol pendapat orang terhadap kita.
Berani Tidak Disukai : Langkah Menuju Kebebasan
Teori
psikologi Adler mengingkari kebutuhan untuk mencari pengakuan dari orang
lain. Ini merupakan jalan keluar yang ditawarkan oleh Adler bagi kita untuk
terbebas dari keresahan menjalani hidup. Sebab dengan mencari pengakuan dari
orang lain sama dengan hidup berdasarkan cara orang lain. Cara hidup ini
memberikan petunjuk kepada kita apa yang perlu dilakukan, namun hidup seperti
ini sangat mengekang.
Adler
berpendapat bahwa hal yang mendasari kita dalam ‘mencari pengakuan dari
orang lain’ adalah karena hasrat kita untuk ‘tidak ingin dibenci oleh siapa
pun’. Memanglah itu merupakan hal yang wajar bagi manusia. Pilihan hidup
seperti itu bisa saja diambil seseorang bila ia memang tidak masalah hidup
terkekang. Namun, bila kita memiliki tujuan untuk memperoleh kebebasan, maka
kita harus berani menyangkal hasrat ini.
Ada harga
yang harus dibayar ketika seseorang ingin menggunakan kebebasannya. Dan harga
dari kebebasan dalam hubungan interpersonal adalah dibenci orang lain. Jangan
takut tidak disukai jika Anda ingin bebas. Bahwasanya ketika seseorang
terbelenggu hasrat untuk diakui, kartu penentu dalam hubungan interpersonalnya
selalu ada di tangan orang lain.